Jumat, 01 Mei 2009

Buruh Sejahtera ???, Mungkinkah.

Ada Obrolan Hangat dipagi ini. Di teras Warung istriku yang sederhana, dan namanyapun Warung Sederhana.
Pelangganyapun dari kalangan bawah yang sudah tentu sederhana pula, begitupun obrolan mereka. Bahasa sederhana, khas kalangan bawah. Kaum buruh, ya buruh kofeksi, sablon dan percetakan.

Ada satu kalimat yang sangat menggelitik, hingga membuat aku yang juga dari kalangan sederhana ini berani menulis di Blog yang notabene untuk kalangan menengah atas.
" Negorone mbulet. Ragenah bogol karo Pucuke ".
" Ha...ah.., Penguasane podo kemaruk.
Moso Pemerentah karo depe-ere isine pengusaha.
Pengusaha kan nglurune untung.
Ragelem Rugi.
Padahal nek arep bener ngurusi rakyat yo kudu gelem rugi."
( "Negaranya Mbulet. Gak ketahuan Pangkal dan Ujungnya".
"Ha...ah.., Penguasanya Semua serakah.
Masak Pemerintah dan DPR-nya diisi Pengusaha.
Pengusaha kan carinya untung.
Tidak mau rugi.
Padahal kalau mau ngurusin Rakyat ya harus mau rugi." )

Obrolan sederhana. Keluarpun dari mulut sederhana, yang tiap hari hanya makan dengan menu sederhana. Tahu, tempe paling mewah Telor atau daging Ayam seminggu sekali bila pas gajian mingguan. Pendidikanpun hanya sebatas tingkat dasar. Tapi hebatnya justru sebuah Teori sebab akibat telah dilontarkan dengan sempurna. Walau dengan kalimat sederhana minim istilah tinggi, tanpa thesis tanpa teori.

Dan ternyata memang benar. Coba kita cermati satu-persatu penghuni Gedung DPR/MPR, lalu mereka yang duduk di kursi Kabinet. Pemimpin Negaranya, Gurbernurnya, Bupatinya, ternyata banyak yang berlatar belakang Pengusaha. Dan yang parah masih banyak yang aktif mengelola usahanya.

Disinilah benang kusut Kesemrawutan itu bermula. Ketika seorang usahawan memutuskan untuk menjalankan usaha, ia mulai dengan hitung-hitungan untung rugi. Berapa modal yang harus dikeluarkan, berapa untung yang kelak dapat ia peroleh. Belum lagi Pengusaha besar yang bidang usahanya bersentuhan langsung dengan kebijakan Pemerintahan. Ia masuk dalam bidang politik dengan maksud memperjuangkan kepentingan usahanya, bukan kepentingan rakyat.
Tak sedikit Kebijakan baik itu Peraturan Pemerintah dari Pemerintah baik pusat atau daerah, atau Undang-undang yang dihasilkan dewan yang jauh dari Keinginan rakyat.

Ambil contoh masalah UMR, mumpung masih hari Buruh. Jangan pernah bermimpi UMR akan layak bahkan untuk ukuran orang paling sederhana sekalipun. Karena apa ?, karena pengambil Kebijakan adalah pengusaha yang telah nongkrong di Dewan. Atau paling tidak anggota dewan yang telah dibiayai oleh Pengusaha. Sampai putus urat leher para buruh berteriak tak akan pernah Upah buruh menjadi layak. Karena mereka tak mau Rugi.

Dan kalau lebih jeli lagi, Kebijakan yang katanya pro Rakyatpun sebenarnya tak lebih dari Model Dagang. BLT, RASKIN, JPS dan lainnya. Itu hanya sebuah Bonus bohong. Pernah lihat Obral, berbagai tambahan bonus diberikan tapi Ujungnya Pembeli tetap membeli dengan mahal karena Harga sesungguhnya telah dinaikkan dan bonusnyapun sesungguhnya barang tak berguna.

Betapa Lumpur Lapindo rasanya cukup membuat melek bahkan orang buta sekalipun. Tapi karena hitung-hitungan untung rugi, pemerintah sengaja tak berdaya. Dan yang pasti karena Pengusahanya telah duduk manis di Kursi Terhormat. Maka dengan Pongahnya mereka berlindung dibelakang kata sakral, Negara.

Maka Hai Rakyat kecil, Kaum buruh, warga pinggiran ( termasuk kita nggak ya ??? ).
Jangan mau jadi korban Iklan para Politikus Pengusaha. Karena yang mereka berikan adalah Bagian biaya produksi, dan akan ia perhitungkan dikemudian hari. Bila kau lengah, jangan harap mendapat layanan murah. Karena untuk mendapat Kavling kios di Senayan telah berjuta bahkan milyar ia keluarkan.

4 komentar:

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Yah,... karena umumnya berlatar belakang pengusaha, sehingga sudah duduk sebagai wakil rakyat..... bertambah deh obyek usahanya. Buruh yang jadi korban. KPK yang sibuk.

ana mengatakan...

Tenaga kerja pun di jual belikan, jual beli manusia moderen :(...

joe mengatakan...

sekarang lagi jamannya out sourching, merugikan pekerja tapi menguntungkan pengusaha ...

JO mengatakan...

kok jadi serba black gini?? kayak disarang penyamun???

duuuhhh, tuh resiko jadi bos ngasih gaji mas ari. makanya kayak saya ajah dong, jadi bawahan,hehehe.